Monday, September 17, 2007

Senin, 17 September 2007

Politeknik Masih Tetap Memikat


Ada fenomena menarik yang terlihat di dunia pendidikan tinggi, khususnya program studi teknik, yaitu antara politeknik dan teknik jenjang sarjana. Bila program studi sarjana teknik mulai kehilangan peminat, politeknik masih cukup diminati oleh masyarakat.


Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi hal tersebut. Di antaranya adalah karakteristik politeknik yang menghasilkan lulusan yang siap bekerja. "Saat ini banyak orang yang mengharapkan ketika lulus kuliah dapat langsung bekerja," jelas . Di Polma Astra, tercatat sekitar 1200 orang mendaftar setiap tahunnya. Sedangkan yang diterima hanya 270 orang. Sedangkan di Politeknik Negeri Jakarta, Ini pun karena keterbatasan daya tampung yang tidak mecukupi. Karena untuk praktik, digunakan konsep satu alat untuk satu mahasiswa. Sehingga mahasiswa dapat menguasai materi dan alat dengan sempurna.

Politeknik mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1982. Pada saat itu, pendidikan tinggi masih didominasi oleh institusi pendidikan jenjang sarjana. Karenanya pemerintah melalui Departemen Pendidikan menginginkan adanya institusi pendidikan yang dapat mengisi tenaga kerja ahli yang memiliki keterampilan untuk bekerja.

Atas usulan tersebut, didirikan enam Fakultas Nongelar Teknologi, yang lambat laun berubah nama menjadi Politeknik. Pada awalnya, politeknik ini masih melekat pada perguruan tinggi besar, yaitu Universitas Indonesia, Universitas Sriwijaya, Universitas Brawijaya, Institut Teknologi Bandung, Universitas Dipenogoro, dan Universitas Sumatera Utara. Hingga saat ini, jumlah politeknik di Indonesia mencapai 26 politeknik.

Pelaksanaan pendidikannya pun masih dibantu oleh pemerintah Swiss dan Jerman, dua negara yang sangat kuat tekniknya. "Bahkan, selama dua hingga tiga tahun. beberapa dosen dan ketua program studinya merupakan tenaga pengajar asing," jelas Direktur Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) Ir Heddy R Agah, M Eng.

Perkuliahan, sistem belajar mengajar dan kurikulum politeknik pun memiliki perbedaan dengan program studi jenjang sarjana. Untuk perkuliahan, politeknik menggunakan sistem seperti yang digunakan dalam industri. Salah satunya adalah jam kuliah yang menyerupai jam kerja. Di Polman Astra, perkuliahan dilakukan pada Senin hingga Jumat mulai pukul 07.30 hingga 16.30. Sedangkan di PNJ perkuliahan dimulai pukul 08.00 hingga 14.00. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa terbiasa dengan dunia kerja. "Mahasiswa yang masuk politeknik seolah-olah sudah bekerja di suatu perusahaan," jelas Heddy.

Disiplin juga menjadi hal penting di politeknik. Karena di politeknik menggunakan sistem paket, sehingga tidak mentolerir keterlambatan atau bahkan absen. Karena, jika mahasiswa terlambat atau tidak masuk, akan tertinggal materi. Untuk itu, di PNJ jika mahasiswa terlambat memasuki ruang perkuliahan, maka waktu keterlambatannya akan dihitung dan diakumulasi. Jika waktu keterlambatan mahasiswa mencapai 172 jam, maka kampus akan mengeluarkan mahasiswa tersebut. Namun jika masih di bawah 172 jam, maka mahasiswa harus bekerja untuk membayar keterlambatannya.

Begitu juga dengan kurikulum yang dipakai. Karena mahasiswa diharapkan untuk siap bekerja, maka baik Polman Astra dan PNJ menerapkan kurikulum yang disusun bersama dengan pihak industri. Sehingga kurikulum yang dipakai merupakan kurikulum yang disesuaikan antara kebutuhan industri dengan kemampuan pihak kampus. Untuk itu, metode belajar pun ditekankan kepada praktik dengan porsi sekitar 60 persen. PNJ juga menggunakan sistem SKS yang dibagi-bagi. Jadi jika ada satu mata kuliah yang memiliki tiga SKS, maka untuk teori mahasiswa akan mendapatkan tiga SKS, untuk praktik tiga SKS, dan untuk belajar di bengkel tiga praktik.

Yakub menjelaskan, biasanya mahasiswa dapat menyelesaikan kuliah dalam kurun waktu tiga tahun. Pada tahun pertama, biasanya mahasiswa akan diajarkan mengenai basic skill. Hal ini karena banyak mahasiswa yang merupakan lulusan SMA. Jadi pengajaran dasar menjadi penting. Mahasiswa akan diajarkan mengenai teknik dasar serta mata kuliah pendukungnya. Pada tahun kedua mahasiswa akan diajarkan Production Skill. Pada tahap ini mahasiswa dituntut untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan kecepatan tertentu dan dengan kualitas yang baik. Atau kecepatan dan efisiensi.

Sementara pada tahun ketiga, mahasiswa lebih ditekankan kepada pembelajaran mengenai managerial skill. Yaitu bagaimana seharusnya menangani proyek dan tim. "Pada tahap ini, lebih ditekankan kepada bagaimana menjadi seorang pemimpin," tambah Yakub.

Selain kurikulum, tenaga kerja juga merupakan faktor yang penting. Karenanya, politeknik menggunakan tenaga pengajar yang memiliki pengalaman dan keterampilan yang tinggi di bidangnya. Karenanya, tenaga pengajar yang dipakai merupakan orang-orang yang sudah bekerja di industri. "Karena tidak mungkin dosen mengajarkan mengelas jika ia tidak menguasai teknik mengelas dengan baik," jelas Heddy. Bahkan di Polman Astra, yang menjabat sebagai ketua program studi merupakan manajer pada anak perusahaan Astra.

Baik Yakub maupun Heddy melihat, politeknik memiliki prospek yang cerah. Bahkan saat ini kebutuhan akan tenaga ahli di bidang teknik semakin dibutuhkan. Hal ini mengingat perkembangan dunia industri di Indonesia yang semakin lama semakin berkembang. "Namun masih banyak masyarakat yang memiliki pandangan yang salah mengenai politeknik. Mereka masih beranggapan jenjang diploma terutama teknik, tidak bergengsi dan tidak ada jaminan masa depan," jelas Heddy. ci1

Production Based Education

Politeknik umumnya menggunakan metode belajar yang berbeda dengan fakultas teknik. Polman Astra, misalnya menerapkan Production Based Education. Yaitu sistem belajar yang sekaligus melatih mahasiswa untuk memproduksi. Dalam hal ini, nahasiswa tidak hanya belajar saja, namun juga mampu menghasilkan suatu karya yang dapat dijual ke masyarakat ataupun industri.

Bahkan di Polman Astra ada unit produksi khusus yang dijalankan oleh dosen dan melibatkan mahasiswa dalam mengerjakan suatu proyek. Unit produksi ini mampu menghasilkan sekitar Rp 2 milyar per tahunnya. Pemasukan yang didapat ini digunakan untuk membantu membiayai pendidikan di Polman Astra. "Kalau hanya mengandalkan biaya dari mahasiswa, tidak akan cukup. Karena peralatan dan bahan untuk belajar di politeknik sangat mahal," kata Direktur Politeknik Manufaktur Astra (Polman Astra) Drs Yakub Liman, MS Ed.

Karena alasan itu juga, politeknik biasanya menjalin kerja sama dengan industri. Seperti PNJ yang menjalin kerja sama dengan Trakindo dalam hal alat berat. Begitu juga dengan Polman Astra yang menjalin kerja sama dengan Association for Overseas Technical Scholarship (AOTS). Sebuah lembaga yang mengatur semua pelatihan teknik di Jepang. Yang mengikuti pelatihan yang bekerja sama dengan AOTS tidak hanya tenaga pengajar, bahkan mahasiswanya pun turut disertakan. "Biasanya per tahun kita mengirimkan enam mahasiwa untuk belajar di Jepang," jelas Yakub. Karena itulah, selain bahasa Inggris, bahasa Jepang juga menjadi penting bagi mahasiswa Polman Astra. ci1
( )



MainOrArchivePage>
Read more!

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home


© 2008 3 AK C- 2004 " ACC. Polines |  free template by Blogspot tutorial